Baris-berbaris merupakan bagian dari materi pendidikan pendahuluan
bela negara (PP-BN) yang harus kita latihkan kepada peserta didik. Karena baik
buruknya hasil latihan, ter-gantung kepada tingkat pengetahuan dan penghayatan
akan maksud serta tujuan dan kesungguhan sang pelatih atau pembina dalam
melatihkan sesuatu, termasuk PBB. Maka alangkah baiknya kita mengetahui sasaran
pokok yang ingin dicapai dari latihan baris-berbaris, diantaranya :
1.
Menumbuhkan kesadaran
berdisiplin diri dan kolektif.
2.
Memupuk rasa/jiwa persatuan,
kebersa-maan dan kekompakan.
3.
Memupuk rasa tanggung jawab.
4.
Memupuk kesadaran untuk
melaksanakan perintah dengan cepat dan tepat.
Untuk membuka wawasan pemahaman terhadap konsep dasar tersebut di
atas, sebaik-nya kita samakan terlebih dahulu persepsi akan definisi disiplin,
persatuan, tanggung jawab dan perintah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian disiplin adalah
ketaatan atau kepa-tuhan kepada peraturan atau tata tertib. Persa-tuan berarti
ikatan jiwa/rasa atau batin senasib sepenanggungan. Tanggung jawab artinya
ke-siapan dan keberanian menerima pembebanan atas apa yang dilakukan, sedangkan
melaksa-nakan perintah dengan cepat dan tepat, mak-sudnya tidak menunda sesuatu
yang harus dilakukan untuk dikerjakan disaat yang lain.
Setelah kita sepaham atas pengertian di atas, mari kita kaji
nilai-nilai yang terkandung secara filosofis yang dapat diterapkan melalui
latihan baris-berbaris.
Baris-berbaris merupakan keterampilan individu yang tidak mudah
dilakukan bila berke-lompok tanpa disertai sikap disiplin, persatuan/
kebersamaan atau kompak dengan kecepatan melakukan sesuai perintah pimpinan
atau pem-beri aba-aba. Seseorang yang mahir baris-berbaris, paham akan semua
peraturannya dan pelatih sekalipun, tidak akan mudah melakukan secara
berkelompok tanpa memiliki sikap koo-peratif dalam dirinya.
Misalnya : Salah seorang anggota regu dengan sengaja melalaikan
perintah atau aba-aba maju jalan, dimanapun posisi dia berdiri akan menggangu.
Jika tidak tertabrak mungkin tertinggal, sehingga keutuhan dan kekompakan regu
kacau dengan sendirinya. Begitulah dalam kehidupan kita, karena
ketidakdisiplinan satu orang, kacaulah semua tatanan kehidupan, sebagaimana
kita rasakan akhir-akhir ini dalam kehidupan di negara kita.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang teknis-teknis sederhana melatih
baris-berbaris dan sekaligus mengenal berbagai peraturan-nya, sebaiknya kakak
ikuti dalam edisi-edisi berikutnya.
Aba-aba adalah peritah seorang komandan atau pimpinan kepada pasukan
untuk dilak-sanakan secara serentak atau berturut-turut.
Sebelum
kita membi-carakan macam dan con-toh aba-aba, terlebih da-hulu saya bahas
menge-nai cara memberi aba-aba yang baik dan benar.
1.
Memberi aba-aba ha-rus
dilakukan dalam ke-adaan sikap sempurna dan menghadap kepada pasukan, kecuali
saat latihan baris-berbaris, pelatih dapat memberi aba-aba tanpa menghadap
pasukan, dengan syarat setiap aba-aba tanpa menghadap pasukan dan diberikan
tetap pada sikap sempurna.
2.
Semua aba-aba di-ucapkan dengan
suara nyaring yang disesuaikan dengan besar kecilnya pa-sukan, tegas dan
berse-mangat.
3.
Dalam memberi aba-aba petunjuk
yang di-rangkai dengan aba-aba perintah dan pelaksanaan, pengucapannya tidak
di-berikan nada.
4.
Aba-aba pelaksanaan senantiasa
diucapkan de-ngan cara disentakan dan terputus.
5.
Pengucapan antara aba-aba
peringatan dan aba-aba pelaksanaan harus ada interval dan tidak boleh memberi
keterangan lain.
6.
Apabila ada satu bagian aba-aba
yang harus dibetulkan, maka dikeluarkan perintah “ulangi !” yang diucap-kan
oleh pemberi aba-aba, bukan oleh pasukan.
7.
Gerakan yang tidak termasuk
dalam bagian dari aba-aba, tetapi harus dilakukan atau dilaksana-kan, dapat
diberi petun-juk dengan suara nyaring, tegas dan bersemangat. Hal ini biasanya
dipergunakan pada saat dilapangan, misalnya dalam suatu perjalanan.
Contoh :
Pinru : “ Depan
tongkat, hadap kanan, maju ikuti saya.”
Aba-Aba
Aba-aba terdiri dari tiga bagian, yaitu :
(a)
Aba-aba petunjuk.
(b)
Aba-aba peringatan.
(c)
Aba-aba pelaksanaan.
Penjelasan :
(a)
Aba-aba petunjuk, ar-tinya aba-aba
untuk me-negaskan maksud dari aba-aba peringatan atau pelaksanaan, dan
diper-gunakan jika perlu.
Contoh :
j Untuk perhatian,
j Untuk istirahat,
j Istirahat ditempat,
Grak!
j Bubar Jalan !
Jika aba-aba, khusus ditukar kepada bagian atau pasukan tertentu
dari sekian pasukan yang ada.
Contoh :
Khusus untuk
Pengga-lang Putri, istirahat di-tempat, Grak !
(b)
Aba-aba peringatan, adalah inti
perintah yang cukup jelas untuk dilak-sanakan tanpa ragu-ragu. Aba-aba
peringatan di-maksudkan untuk mengi-ngatkan tentang gerakan apa yang harus
dilaku-kan.
Contoh :
Lencang
kanan, Grak ! (berarti pasukan atau si penerima aba-aba harus melakukan lencang
kanan bukan lencang depan atau setengak lencang kanan.
(c)
Aba-aba pelaksanaan, adalah
penegasan saat untuk melakukan aba-aba petujuk dan peringatan dengan cara
serentak atau berturt-turut.
Aba-aba
pelaksanaan yang dipergunakan ada-lah :
j Gerak diucapkan Grak!
j Jalan diucapkan Jalan!
j Mulai diucapkan Mulai!
Penggunaan
aba-aba pe-laksanaan.
j Gerak atau grak, adalah aba-aba yang gerakannya atau perbua-tannya
tanpa mening-galkan tempat, dengan kaki atau gerakan anggot tubuh tertentu
dilakukan baik dalam berjalan mau-pun berhenti.
Contoh :
Jalan ditempat, Grak
Siap, Grak
Hormat, Grak
Hormat kanan, Grak
j Jalan, adalah aba-aba pelaksanaan untuk gerakan kaki yang
me-ninggalkan tempat (pijak-an kita berdiri).
Contoh :
Maju, Jalan !
Haluan kanan/kiri, Jalan !
Satu/dua/tiga langkah kanan/kiri atau depan, Jalan !
j Mulai, adalah aba-aba perintah yang harus di-kerjakan berturut-turut.
Contoh :
Berhitung, Mulai !
Berbanjar/bersaf kumpul, mulai !
Pemberian aba-aba berhenti diucapkan “Hen-ti” begitu pula berhitung
diucapkan “Hitung”.
.
Definisi dari penghormatan :
Penghormatan ialah suatu
penghargaan yang diberikan sesorang kepada orang lain, atas dasar pertimbangan,
karena pangkat/ kedudukannya lebih tinggi, karena umur lebih tua, dsb. Yang
bisa dijadikan seseorang untuk menghormatinya.
Kita di lingkungan Pramuka sudah
ada aturan yang jelas. Kelompok umur, tingkatan, jabatan, dsb. Dengan demikian
jelas kita harus membudayakan Penghormatan ini dalam kehidupan sehari-hari,
jangan hanya diajarkan dalam upacara saja.
Cara
Melatih Berhimpun
1. Apabila seorang Pembina/Pemimpin
ingin mengumpulkan anggotanya secara bebas maka ia setelah mengambil tempat
memberikan aba-aba Berhimpun. . . Mulai.
2. Pelaksanaan :
a. Pada waktu aba-aba Peringatan,
seluruh anggota berdiri sikap sempu-rna dan menghadap kepada yang memberi
aba-aba.
b. Pada aba-aba Pelaksanaan, seluruh
anggota mengambil sikap untuk lari, lalu lari menuju ke depan Pembina yang
memberi aba-aba dengan jarak tiga langkah.
c. Pada waktu datang ke depan
Pembi-na/yang memberi aba-aba mengambil sikap sempurna dan langsung meng-ambil
sikap istirahat. (untuk mende-ngarkan apa yang disampaikan).
d. Setelah ada aba-aba Selesai seluruh
anggota mengambil sikap sempurna, balik kanan selanjutnya menuju tem-patnya
masing-masing
e. Pada saat datang di depan, yang
memberi aba-aba serta kembali tidak menyampaikan Penghormatan.
f Apabila bertongkat pada waktu
diberi-kan aba-aba peringatan mengambil sikap sempurna dan pada aba-aba
pelaksanaan terlebih dahulu malaksa-nakan depan tongkat dan selanjutnya lari
menuju depan yang memberi aba-aba.
Catatan : berhimpun/setengah
lingkaran, ben-tuk mengikat, hanya jumlah saf tidak mengikat.
Cara Melatih Berkumpul
1. Pembina menunjuk seorang anggota
untuk berdiri kurang lebih empat langkah di depannya, orang ini dinamakan Penjuru.
2. Pembina memberi perintah :
“Penegak/ Penggalang Yunus sebagai penjuru.” (bila yang ditunjuk jadi penjuru
itu Penegak/ Penggalang yang namanya Yunus).
3. Penjuru mengambil sikap sempurna
dan menghadap penuh kepada yang member perintah, selanjutnya mengulangi
perintah sebagai berikut : “Siap Penggalang/Pene-gak Yunus sebagai Penjuru.”
Dan meng-ambil sikap untuk lari dan selanjutnya lari menuju pemberi aba-aba.
Apabila bertong-kat setelah mengulangi perintah melaksa-nakan depan tongkat
dahulu sebelum lari.
4. Setelah penjuru berada di depan
Pembi-na, maka Pembina memberikan aba-aba Peringatan “Bersaf/Berbanjar Kumpul
!” maka anggota lainnya mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada
yang memberi aba-aba.
5. Pada aba-aba Pelaksanaan Mulai
anggo-ta lainnya serentak mengambil
sikap untuk lari, kalau bertongkat, depan tongkat, ke-mudian lari menuju di
samping kiri/di bela-kang penjuru secara berturut-turut, penjuru memberi
isyarat Luruskan anggota secara berturut-turut meluruskan, apabila
bersaf melaksanakan lencang kanan, penjuru melihat ke kiri setelah lurus
pandangan kembali kedepan dan teriak Lurus anggota yang lainnya serentak
menurunkan tangannya kembali kesikap sempurna.
6. Apabila berbanjar, pada saat
Penjuru memberi isyarat Luruskan anggota lain-nya serentak melaksanakan
seperti len-cang depan. Orang yang berada paling be-lakang pada banjar kanan
setelah melihat barisannya lurus maka ia memberikan isyarat Lurus dan
bersama-sama anggota lainnya serentak menurunkan tangannya kembali ke sikap
sempurna.
Catatan :
M Bila lebih dari sembilan orang
maka ben-tuk barisan selalu bersaf tiga atau berbanjar tiga, kalau kurang dari
sembilan maka bentuk barisan selalu bersaf/berbanjar satu.
M Penunjukan Penjuru tidak
berdasarkan senioritas.
nice thanks