SELAMAT DATANG !

Selamat datang !, kami menghargai anda untuk berbagi ilmu,pengetahuan dan saran-saran yang membangun . Kirim via email : Wyudiani@yahoo.com atau yudiedu99@gmail.com Bravo semuanya.

Translate

Monday 2 September 2019

CERITA PENDEKKU


Edisi Perkenalan, My Family!
#1



Perkenalkan namaku, Bimo. Semua teman-temanku lebih senang memangilku Ogi. Lah, jauh banget antara Ogi dan Bimo nggak nyambung banget kan. Ah,,,sudahlah enggak usah dipikirin. Apa artinya sebuah nama, What is name, kata Shakesphare pujangga  dari barat sana. Namun kalo dipikir-pikir ada sejarahnya juga kenapa diriku ini dipanggil Ogi; ada yang bilang karena diriku yang super cuek banget,  saking cueknya kaos kaki tetap bersandar abadi dengan sepatu dan menyelimuti kakiku. Kata Sohibku,,, Helooo!”. Tuh, kaos kaki ngga berontak and demo gitu. “Jijay tau! “. Nggak dicuci-cuci. Terus dari sini di mana nyambung nama Oginya. Nggak jelas juga. Tapi sudahlah, yang penting teman-temanku tetap enjoy dan happy kok. Malah, seringkali kalo diriku sejam aja ngga muncul-muncul di dunia sosialita. Hadeuhhh, banyak banget yang nanyain. Si Ogi kemana yah, tumben ngga komen, aku kangen banget nih sama mukanya yang lucu,  habis  percis ondel-ondel gitu atau ada juga yang bilang mana tuh si biang jahil kangen aku sama celotehan yang bikin miris semua orang. Kenapa kangennya banyakan engga enaknya sama diriku, Yah ?”. Salahku opo.
Aku dibesarkan dari keluargaku yang cukup norak. Biar begitu aku mengaguminya. Ibuku adalah penjual bakwan pinggiran sekolah depan rumahku. Namanya Ibu Sari. Lumayan enak loh, bakwan bikinan Ibuku. Pernah, suatu ketika pejabat setingkat RT banyak yang order bakwan bikinan Ibuku, sampai-sampai Ibuku, menggangkat karyawan kontrak untuk membantu Ibu yang kewalahan memproduksi bakwannya. Bangga juga aku punya Ibu sebagai entrepreuner sejati. Usaha itu digeluti semenjak Ibu masih gadis. Sekarang usia Ibuku sudah 55 tahun. Kemudian Ayahku. Ayahku pensiunan Satpam suatu Bank yang ngga terkemuka-muka banget. Tetanggaku memanggilnya Om Jayen. Hanya bermodalkan pensiunan tentara dan modal wajah setengah artis Holywood  ayahku diterima bank tersebut. Kerja di Bank kata ayahku gampang banget. Cuma berdiri terus buka pintu customer, sambil ngucapin, “Selamat datang di Bank kami!”. Ada yang perlu saya bantu. Begitu seterusnya sampai menjelang pensiun. Kadangkala kasihan juga sama Ayahku ini. Kalau tidur malam sering-sering ngigau gitu sambil ngucapin, “Selamat datang di Bank kami!”. Ada yang perlu saya bantu. Tuh, kalau ngga ada yang bangunin terus saja begitu sampai subuh. Ayah, Ayah. Sampai sekarang aku sayang beliau. Perkenalan keluargaku berikutnya adalah adikku. Rinjani itulah nama adikku yang bungsu usianya terpaut jauh sekali dengan aku hingga 20 tahun. Lucu, gemesin kadangkala ngeselin. Gimana ngga ngeselin, coba aja tiap diriku pulang kuliah ada aja yang diminta. Mending kalau mintanya logis kadangkala ngga masuk akal. Coba deh, simak permintaannya. Yang pertama tuh, seringkali minta dicariin kembang tujuh rupalah, minta dibuatin jelangkunglah, malah tempo hari suruh cari ayam cemani. Dan seterusnya ngga  kehitung deh, permintaan-permintaan anehnya. Dalam hatiku ini. Nih,  anak jangan-jangan gedenya jadi dukun. Kata Ibu, menurut cerita dari sumber yang tidak dipercaya nama Rinjani diberikan ketika aku tersesat bersama Tim Pecinta Alam SMA-ku di Gunung Rinjani. Hampir sepekan tak ada kabar dan dinyatakan hilang oleh media bahwa tim kami kehilangan jejak. Ibu dan Ayahku antara percaya dan tidak. “Tumben tuh anak bisa hilang, biasanya dia yang ngilangin jejak kalau dipanggil sama Ayahnya untuk bantuin bersihin pekarangan.” Kata Ayahku, lirihnya dengan beberapa wartawan kampung yang datang mewancarai ketika insiden itu terjadi.
Alhamdulillah, Tuhan punya rencana lain dan sayang denganku  juga teman-teman tim pecinta alam SMA-ku. Akhirnya kami ditemukan pada posisi jangkauan di luar navigasi darat dengan kondisi antara hidup dan mati terjebak diantara dua bukit dan masuk ke dalam jurang yang tidak mungkin dilewati orang. Ada sekitar empat orang tim SAR membantu mengevakuasi kami. Jika sehari saja menginap lagi ada kemungkinan kami tidak bisa bertemu lagi mentari pagi. Nah, dari riwayat inilah kata Ibuku. Lahirlah adikku. Itulah asal muasal kenapa adikku bernama Rinjani. Terus bagaimana dengan namaku. Pernah suatu saat aku bertanya dan sedikit menyelidik, kenapa namaku bernama Bimo. Dengan enteng dan tanpa dosa Ibu menjawab, “Dulu Ibu kepengen banget punya kendaraan Bemo, cuma ngga kesampaian malah bapakmu beli Avanza.” Yah, akhirnya pas kamu lahir dengan izin bapakmu kamu diberi nama Bimo. Lah????.

0 comments:

Post a Comment