SELAMAT DATANG !

Selamat datang !, kami menghargai anda untuk berbagi ilmu,pengetahuan dan saran-saran yang membangun . Kirim via email : Wyudiani@yahoo.com atau yudiedu99@gmail.com Bravo semuanya.

Translate

Monday 2 September 2019

PUISIKU


Selamat Hari Ibu
Untuk Istriku


keringat yang membasahi kehidupanmu
dan bergumul dengan kelelahanmu
dalam tiap detik yang hilang

saat itu pulalah;
dari tangan ketulusanmu
terukir anak-anakku
kesalehan
kearifan
belajar hidup menjadi seorang ibu
bahkan menjadi seorang laki-laki

saat itu pulalah;
kau wanita sempurna
sesempurna mentari melindungi bintang-bintangnya

aku sadar;
belum sempurna untuk menjadi mentari
untuk anak-anakku

selamat hari ibu
untuk istriku

Jakarta, 22 Desember 2018

(teruntuk istriku, dari anak-anakmu dan aku yang selalu mencintaimu)




















Menunggumu

Bersandar dengan waktu
Dari detik yang hilang
Sampai sinar mentari
Sama tegak dengan anak kecil yang bermain dengan kemben ibunya
menunggumu
untuk masa depanku
(Jakarta, 17 Desember 2018)



Sepi adalah bijaksana
dan sunyi menemaninya
etika dan estika akan bertamu padanya
mengunjungi akal fikiran kita
(Late post, 1/3 malam saat hujan bulan desember 2018)




Merinduimu dengan sederhana

sesederhana hujan mengetuki jendela
sesederhana embun membangunkan bumi
sesederhana itu pula sebuah rindu tercipta
dan saat itu pulalah kesederhanaan rindu menghampiriku
cukup mereguk sajian teh sore dari cangkir favoritmu
berharap, mengecup jejak-jejak bibirmu di sana
.
rinduku sederhaja saja;
menemui
melihat
dan memelukmu
(dihari pernikahan kita, tigabelas nopémber )


november, sebuah cerita dibalik hujan

seperti mendung yang tak berarti hujan
adalah caramu membisikan semesta
bahwa sedih tak melulu sedu sedan
derita tidak selalu bernapas duka
rintik air matamu di ujung senja
adalah caramu merindukan pelangi dengan warna indahnya
hingga sang bumi dan mentaripun tak akan pernah cemburu
karena rintik air matamulah;
sang awan menjadi hidup
hingga alam semesta ini terajut asmara padamu
nopember, cerita dibalik hujan
mengisahkanmu tentang kerinduan alam semesta
(jakarta, november rain 2018)
Top of Form

Merawat Sebuah Kerinduan
untuk wanitaku

waktu adalah sebuah perjalanan
tentangmu
tentang kita
mungkin kenalmu hanya sekilas
mengingatmulah yang tak ada batas
seringkali kuberjalan;
pada jalan-jalan kerinduan yang pernah kita lalui dan lewatkan
pada dinding-dinding langit yang menyaksikan janji kita
pada bunga-bunga yang pernah kita petik bersama
pada derap kaki-kaki ini yang terus menapakkan dan menuliskan berjuta-juta kenangan;
kenangan tentang cara menemukan dirimu
kenangan tentang tentang apa yang membuatku memberi cinta ini
terus berjalan dan terus berjalan
pada waktu-waktu lalu
dengan kata manismu
kata kata indahmu
kata-kata cintamu
kata-kata sayangmu
hingga rindumu yang membiru
semuanya;
tidak lain hanya merawat kerinduan
menghadirkan ingatan tentang kita
kerinduan yang berulang-berulang seperti bumi yang merindukan bulan dengan purnamanya
dan terus berulang-ulang
waktu adalah sebuah perjalanan
tentang kerinduan yang berulang-berulang
(jakarta,2017 oktober dimusim penghujan yang biru)

Top of Form
Top of Form
Top of Form



Cinta Adalah Kamu

Cinta adalah kamu
Ketika lelah seharian
Kamu tetap menampakkan senyuman
Walaupun kutau kerjamu seperti bumi memikul waktu yang tak ada habisnya
Ketika jatuh
Kamu membangunkan dengan doa dan beribu-ribu harapan
Ketika terluka
Kamu membalutnya dengan impian
Dan memeluknya dengan sejuta keyakinan
Cinta adalah kamu
Saat susah menjadi duka
Saat derita menjadi nestapa
Saat itu juga
Bahagia adalah kamu
Cinta adalah kamu
Cinta adalah siang dan malam
Cinta adalah derita dan bahagia
Cinta adalah laut dan ombak tenangnya
Cinta adalah keabadian
Keabadian Bunga Édelwéis yang indah mempesona
Bersama awan biru
.......
Bersama kamu
Cinta abadi selamanya
(Tuk istriku tercinta, Bulan mei bulan cinta)
Top of Form




JIKA RAGA YANG BERBICARA
(Sebuah peradilan Dewan Raga)

Memang ku tidak adil
Dengan raga yang satu ini
Kerja tidak layaknya seorang pekerja
Istirahat tidak seperti ada waktunya
Bila tidak ada yang menegurnya
Kerja dan istirahat tidak disisakan
Suatu hari ,
Beberapa anggota ragaku
Angkat bicara!
Protes!
Turun ke jalan layaknya pendemo sejati
Memasang spanduk dari ujung rambut kepala hingga ujung rambut bawah kaki
Dilumurinya rasa nyeri, hujan meriang tak habisnya
Sampai banjir bah flu mengguyur bak kiamat nabi nuh seperti dalam cerita qur 'ani
Otot dengan saudara kembarnya nadi dan arteri berkata ;
Ayo kita demo!
Stop kekerasan pada kita!
Saatnya kita istirahat
Tak ada lagi perintah sistem
Sang otak sebagai sumber kuasa
Mengangguk tanda setuju
Aku juga perlu istirahat
Biar aku buat pusing dan pening dunia ini
Biar mereka tau kitapun punya hak-hak asasi keragaan
Hidungpun mengendus-ngendus
Tak kalah aksinya
Dengan mengatur ritme naik turunnya getah bening hingga jutaan siksaan asma melanda
Sepasang matapun tak kalah hebohnya
Pupil dan retina mata diperintahkan berfungsi sementara
Mata empunya raga ini lelah dan berair tidak bisa mengedip sekedip pun
Lain dengan kaki dan sejolinya
Kami pura-pura tidur ,lemas dan tidak ada tanda-tanda kehidupan
Telinga mengiang -ngiang
Sengaja genderang dipersempit
Tertutup setengah rapat
Membuat empunya setengah sekarat
Paru-paru turut andil juga
Biar dibilang solidaritas
Dipersempit pembuluhnya terasa napas tersengal-sengal bagai puluhan tambang mengikat ribuan kali
Jantung dan hati
Kaget setengah mati!
Ada apa ini!
Kenapa kalian melakukan ini!
Tiba-tiba mengambil aksi!
Apakah kita bisa bicara dengan empunya raga ini!
Tanpa melakukan protes sepihak !
Jantung berdebar tanda emosi tak terkendali
Hatipun tak seperti biasanya memasang muka masam dan tak bersahabat.
Sang pengontrol otak yang jenius
Berbicara mewakili temannya yang sedari tadi diam seribu bahasa
Mereka tau jika keduanya bicara
Tak ada lagi lawan bicara
Jika marah keduanya
Seluruh punggawa raga
Dibuatnya tak berdaya
Tuan penentu hidup kami dan tuan sang bijaksana seraya menundukkan ke arah hati.
Akhir -akhir ini
Sang pemilik raga ini tidak lagi punya rasa keragaan lagi
Dia paksakan kita
Kerja rodi setiap hari
Apakah kita ini dianggapnya robot masa kini
Yang mau dicocokkan hidungnya seperti kerbau ....
Tidaaaaaak!......
Semua serempak menjawab
Raga empunya mulai bergetar, dingin muncul butiran keringat dari pori -pori yang menjerit.
Kami juga sistem yang harus ada liburnya.
Maka kami melaksanakan aksi protes ini
Demikian laporan hamba yang mulia, sambil tak berani memandang keduanya.
Jantung dan hati
Menoleh keduanya
Berfikir ,merenung menyendiri mencari jawaban arif.
Empunya....
Anggota raga ini
Adil semua tidak ada yang disakiti
Akhirnya....
Jantung dan hati sepakat
Memberi instruksi pada otak yang budiman
Kaki-kaki dengan sangat malasnya melangkah ke rumah obat
Tangan dan mulut walaupun setengah hati mau juga
Menelan obat empunya
Perlahan tapi pasti
Jantung mulai memompa normal kembali
Sang bijaksana , Hati!
Membisikkan kesemua anggota raga.
Jangan demo dan aksi lagi
Biar ini jadi pelajaran bagi empunya.
Kalah untuk menang
Itu lebih baik untuk sebuah pembelajaran.
Demikian Hati nurani memberi motivasi.
Sang Empunya raga ini menguap
Mata mulai membuka lebar -lebar.
Mulut bergumam " Mimpi apa aku tadi?".
Seperti ada sidang parlemen rakyat .
Yah , seandainya saja anggota raga berbicara.
Waktu telah terjaga dan berlalu
Berjanji dalam diri untuk berbagi dengan raga ini.
Maafkan aku, manusia yang khilaf!
( ketika sakit . 23 -24 nopember 2014..jangan sampai terjadi lagi...)
Top of Form

Putriku,Adelia!

Bukan putri yang tertukar
Tapi yang tergantikan
Lahir dari cinta
Dan tangisan rahim seorang ibu
Bayi mungil itu ada
Ketika semua rasa menjadi padu
Pilu yang menghujam
Sakit yang menyiksa
Air mata yang berpeluh
Hingga kebahagian yang merantai tak ada habisnya
Seperti daun yang menunggu embun pagi dari kering yang meronta hingga hijau merona

Diyan adelia putri
Nama terindah dari satu rasa dan hati seorang ayah dan ibu.
Seperti emas
Mulia
Menjadi kebanggaan empunya
Semua ada padanya
Kecantikannya
Kepatuhannnya
Mirip ibunya
Kemauan kerasnya
Hatinya yang beku
Menurun dari ayahnya

Diyan adelia putri
Sosok putri masa kini
Yang mahunya menang sendiri
Kini berlian itu benar ada
Sebagai mahkota keluarga tak ternilai adanya

Diyan adelia putri
Sosok putri masa kini
Di usia yang setahun
Baru ucap kata mama
Sekali -kali ayah
Itupun jika menimangnya
Mungkin raut ayahnya
Hanya sekali-kali dilihatnya
Menjelang tidur malam
Itupun samar-samar
Ketika pagi yang buta
Hanya mendengar suaranya
" Adel ayah berangkat..yah!
Itupun hanya daun telinga saja yang bergerak
Selebihnya memeluk waktu
Tidur kembali
Diyan adelia putri
Sosok putri masa kini
Yang mahunya menang sendiri
Satu setengah tahun kemudian
Barulah berjalan
Walau hanya setapak-tapak
Tapi sudah menjejak tegak

Diyan adelia putri
Sosok putri masa kini
Yang mahunya menang sendiri
Waktu terus berjalan
Kepandaian putriku
Kian lama terus terasah
Jika menyanyi tak mahu berhenti
Sama dengan tangisnya
Jika tak dituruti
Fikirannya hampir menyamai kakanya
Tak mahu kalah
Bisa bersandiwara
Bisa meniru apa yang dilihatnya
Yang tak kulupa
senyumnya
Matanya
Jika bicara
Menangis
Candanya
tawanya
Terangkai dalam setiap jejak langkahku
Putriku, adelia
Bukan putri yang tertukar
Tapi putri yang tergantikan
Aku sangat menyayangimu
(Dari ayahmu , ketika kamu berusia 2,5 tahun , desember 2014)

SENYUMAN TAK BERTUAN

Pagi menjemput lelah
Diantara lenguh napas tua
Hingga aroma kesturi
Mengiringi senyuman tak bertuan
Menengadah langit
Mencengkeram bumi
Menyongsong perih
Meraup rejeki
Hingga tangisan bayi terhenti
Tetap tersenyum
Pada senyuman tak bertuan
Sorak sorai bengisnya Duniawi
Tak dihiraukan
Hanya ketulusan dan ketekunan
Meninabobokan sang Ibu pertiwi
Tetap tersenyum
Pada senyuman tak bertuan
Aku tak bisa menjawab
Untuk siapa senyum disimpulkan
Ketika sore berpamitan dengan bumi
Malam menuntun pada kegelapan
Gadis-gadis bersolek menyambut sang pangeran
Barulah ku tau
Untuk siapa senyum disimpulkan
Jika anak-anak tidak lagi
Menghisap jemari kecilnya
Dan bunda tidak lagi berpura-pura
Kekenyangan
Karena siempunya senyuman
Membawa harapan
Tetap tersenyum
Pada senyuman tak bertuan
Diambilnya peluh dalam keringat
Tuhan, Aku masih bersamamu
( Untuk lelaki tua penjual terompet, Terima kasih membuat mataku terbuka kembali , Simpang jalan, Maret 2016)


Tentang Lukisanmu

bagiku cukup sudah dengan lukisanmu
yang mewakili  rasa ini
dan setiap kali memandang
setiapkali juga aku menerima senyuman dari bingkai ketulusanmu

aku mengenalmu dari bingkai lukisanmu
yang diam dan bisu
namun penuh arti
yang mewakili  dalam setiap kehidupanmu

dalam guratan lukisanmu jua
tersandar sebuah lukisan tentangmu
wanita yang kucinta
dalam dongeng mimpi yang pernah ada

sendiri dan sepi
kosong dan setiap waktu
menyanyikan kidung sunyi
namun lukisanmulah yang membuatku berarti

lewat lukisanmu
aku senandungkan sabda alam
agar sewaktu-waktu lukisanmu menjadi hidup
dan menemui aku bernyanyi tentang dunia mimpi

aku tahu,
terkadang cinta itu
tidak mesti diwujudkan sekarang


dariku;

(Sewindu yang lalu, Cemara yang dingin, Jakarta Juni 2019)


Sore Pelangiku

perlahan berangsur
mengalahkan sejuta rasa untuk tetap berdiri
hanya menunggu pelangi yang sewaktu=waktu dapat menghibur rasa ini

hujan sore membangunkan daun-daun jendela yang tak sabar untuk membukanya
seperti rindu alam yang memburu kekasihnya
seperti aku menggeliat senja bergegas tegas menghampiri mimpi yang hampir kesorean dan semangat lepas berjibaku dengan lara ini dan menatap langit seperti masuk dalam belantara kosong, sepi dan suniy

pelangiku,
datanglah agar mentari
tak sendiri lagi


Arti Senyumanmu


surga itu bisa melihat senyum kamu  hari ini
seperti hari-hari yang lain dengan senyum indahmu

senyum kelelahanmu nyaris tak ada
seperti bulan tanpa purnama namun tetap menemani langit yang gelap

senyunmu adalah ketulusanmu
ketulusan tanpa dibuat-buat
mengalir begitu saja seperti air hujan yang tak pernah merasa rugi membasahi bumi

senyummu lebih indah dari panorama alam sekalipun
yang tidak kulupa senyummu
mengubah warna dunia ini jadi  sebuah diaroma kehidupan

cintaku;
yang kutunggu tidak lain hanya senyumanmu


Rindu ini untuk Siapa


tasbihku hanya untuk kamu
adalah cara untuk merinduimu
dalam siang dan malam
dalam hening diantara sajak kosong
tanpa bait dan belantara kata tanpa makna


perjalanan cinta yang lalu
adalah memori yang terbingkai
di sudut-sudut  langit yang memenuhi sesak diariku

cemara yang ranum
senja yang kutunggu
malam yang menggeliat
dan nyanyian hujan di sepertiga malam
dengan barisan lafal yang mengucapkan pada kerinduan

entahlah;
rindu ini untuk siapa
kosong
terpaku
pada sabda alam


Kampungku yang Terakhir

di dunia ini aku tak punya kampung yang tetap
seperti orang-orang
ada yang dituju dan ditatap
jika lebaran;
ada yang dirindukan
ada yang dibanggakan
ada yang diada-adakan
adapula; yang memendam kerinduan
walau hanya secarik pena
dan sungai air mata kerinduan yang tak habis-habisnya tertulis pada langit
dan bumi yang membisikkan
tak mesti jua untuk pulang kampung, kawan!
kampungku
adalah kampung di negeri sendiri
hanya sekedar bercerita
tentang negeri perantauan
hanya sekedar berbagi
inilah yang aku cari
kelelahan tak kunjung jua
dan terus menerus
seperti dahaga menghabiskan air laut
dan bumi membisikkan tak mesti jua untuk pulang kampung, kawan!
kampungku yang terakhir adalah kumpulan makam yang kelihatan bisu, sunyi dan sepi
dengan belantara doa-doa pengiring penghapus dosa
dengan kidung-kidung penyambutan
bahwa aku pasti akan kembali ke sana.
jika lebaran
kampungku adalah makam
yang mengajarkan aku,
bahwa aku pasti akan kembali ke sana
bahwa aku akan berjejer tidur seperti pengantin baru
tak ada buah tangan untuk kampungku
yang ada hanya bekal untuk diriku
Tuhan,
ingatkan aku dengan tanda-tandamu
bahwa aku akan segera pulang
(TPU Srengseng Sawah, 5 Juni 2019)


DIAM
Diantara senja sore meninggalkan malam mengharu
Inilah malam yang kutunggu
Alam memberikan lonceng waktu melalui hujan yang mendayu-dayu
Malam lailatul qadar menghampiri diriku

FOKUS 
menelungkup sepi sendirian
diantara belantara kosong yang diam
diiringi lagu tentang kesunyian
bum, hentakan fikiran
berjibaku dengan kemalasan
gali potensi diri jadi kebajikan
(jakarta, 14 januari 2018 )


INTEGRITAS
mentari tak pernah ingkar janji
mencumbui bumi dengan sinarnya
entah pagi atau menganganya dunia

seperti diri ini
kurajut laku dan kata
dengan jaring laba-laba
(Elegi pagi, 13 Januari 2018)

Cinta yang Tak Sempat Kunyatakan
untuk putriku Adzra bidadari kecilku

bait puisi yang kurenda
tentangmu
senyum pagimu
mata indahmu
membias kosong
dan lirikan tatapanmu ketika ku tak ada
seperti angin melambaikan daun tanpa berwujud
tak sempat kunarasikan dalam tidur panjangmu
ada prosa-prosa cinta yang kutulis
tiap mengawali titik dan koma
kutorehkan segala rasa ini untukmu
kerinduan memelukmu
menimangmu
hingga gelak tawamu terhenti
dan matamu memejam pulas di pangkuan terakhirku
dan prosa cinta itu belum sempat kubacakan pada dirimu
karena Kekasihmu sudah dulu menuliskan takdirmu
saat itu;
nyanyian rindu terhenti
dalam sajakku
kidung cinta melambatkan iramanya
saat itu;
cinta tak sempat kunyatakan
(Untuk putriku adzra, dari ayahmu..mimpi indah yah Nak!.)




Terima kasih ananda sekalian
atas ucapan terima kasih guru

Puisi untuk ananda
kewajiban orangtuamu
adalah memberi nama
pendidikan
dan memisahkan kamu untuk segera mandiri
tidak seperti kami
kami adalah kepanjangan dari amanat orangtuamu
membiasakan budi
menjadi pekerti yang baik
merenda asamu
menjadi bintang yang gemerlap
kami satu yang dipinta
buatlah negara ini menjadi apa
dan dunia menunggu
keajaibanmu
ananda teruslah belajar
berproses menjadi yang terbaik
(memperingati hari guru, 24 Nopémber 2018)


Selamat pagi anakku
Mentari begitu tersenyum
Karena semangatmu
kaki-kaki langit membentang
Merapat dan meneduhkan

Setiap langkah ketulusan
Di sini awan menggantung
Memberi pesan
Impianmu segera terwujud
(Trotoar, 9 Januari 2016 )

Sayap-sayap cinta
malam berselimut kegelapan
dingin membawa rindu menjadi
kelakar jangkrik seirama dawai kerinduan
melambatkan getar urat nadi
mendengkur menghangatkan kalbu yang mati
sayap sayap cinta
dekaplah nurani
jagalah cinta
hingga mimpi indahmu
tercatat pada bulu-bulu sayapmu
bulir embun menetes
menggores jadi pena keabadian
bahwa aku mencintaimu
( teruntuk cintaku)


AKU BISA MENCINTAIMU!
Aku bisa mencintaimu seperti air mata menutupi kesedihan dan pelangi mewarnai langit - langit ..
Aku bisa mencintaimu seperti daun yang jatuh dari tangkainya dan tak pernah membenci walau angin menjatuhkannya.
Cintaku tak ada habisnya..seperti mentari menyinari bumi dan hujan menyirami cemara yang tak ada hentinya.
Jika diijinkan aku akan menjaga dan melindungimu sampai waktu tidak lagi berputar...
Cintaku tak ada habisnya walau senja tidak lagi menghampiri bumi.
.......(september lovely).


CINTAKU HANYA UNTUKMU
Cintaku hanya untukmu
Tak ada lagi mendua atau menigakan...
Seperti ombak yang hanya menepi walau angin mencoba merayunya
Seperti bumi yang selalu setia mengitari mentari di siang dan malam...
Cintaku hanya untukmu
Tak ada lain.......
Kesetiaanku tak bisa dibandingi
Seperti takdir....
Ada hitam
Ada putih
Ada raga
Ada jiwa...
Seperti takdirku
Adamu
Adaku juga..
(Untukmu yang satu....vila mutiara bogor...peraduan terakhir)..




TAK TERASA

Rambut hitam yang dulu kini perlahan-lahan memutih menutupi kepalaku
Seperti musim  salju di pyongyang yang  kian lama menutupi seluruh kota itu
Kulit yang membalut dalam setiap tulang-tulang yang tegak perlahan pasti
Kusam dan keriput bak buah mangga yang tergeletak pada meja kusam nan tak kuat berdiri 

Tak terasa senja sore menjemputku
Dan Tuhan menegurnya
Melalui kenikmatan yang kini berkurang adanya

Lidah sebagai pengecap rasa juga berkurang kadarnya
Mata yang dulu memancar  terang tak ada lagi dan kabur
Masihkah kita berdalih sebagai makhluk yang kuat dan takabur

Tak terasa senja sore menjemputku
Melalui kenikmatan yang kini berkurang adanya

Rambut yang memutih
Kulit yang  kusam,mata kabur dan semua rasa yang hambar
Adalah tamu-tamu Tuhan untuk mengingatkanku
 Pundi-pundi kebaikankah yang terkumpul atau sebaliknya

Kuberharap teman sejatiku tidak hanya sepi,kelam dan gulita
Asaku amal yang baik dan doa anak-anaku yang soleh
Mengirimkan senandung surgawi yang penuh kenikmatan
Dan kesenangan yang hakiki di alam kubur nanti
Ketulusan dan kesholehan Bunda bundadariku
Melengkapi kebahagianku yang tak terhingga untuk memenuhi panggilanNya.

Tak terasa senja sore menjemputku
Melalui kenikmatan yang kini berkurang adanya

(By Guslan, saat senja sore menjemputku, 00.00 wib,09-09-2012 )









Takdirku untuk Mencintaimu
menemukanmu adalah cara meluruskan sebuah takdir;
takdir untuk dicintai atau takdirku mencintaimu
cinta sejati adalah sebuah takdir
tentangmu
tentang kita
gambaranmu
adalah tingkah kita
segala yang kita yang punya
adalah takdir kita
seberapa jauh kita melangkah
berjuta-juta perasaan
dan hati yang terus bertanya
tentang siapa takdir cinta kita
dan terus mencari hakiki
sebuah cinta sejati untuk sepanjang waktu;
jika takdirmu adalah aku
tak ada yang bisa mencegahmu
; karena Tuhan
sudah menyuratkan
bahwa kita disatukan dengan sebuah ketetapan
takdir untuk dicintai atau takdirku mencintaimu
tak selamanya cinta pertama adalah sejati
terkadang cinta pertama
membuat kita mengerti
tentang cinta yang hakiki
antara kamu dan aku
cinta pertamaku adalah cinta sejati
untuk kamu;
kamu yang kucinta
(Jakarta, 17 Juni 2019)

Read more »