SELAMAT DATANG !

Selamat datang !, kami menghargai anda untuk berbagi ilmu,pengetahuan dan saran-saran yang membangun . Kirim via email : Wyudiani@yahoo.com atau yudiedu99@gmail.com Bravo semuanya.

Translate

Saturday 29 October 2016

GAMBAR PIONNERRING

                                                         
                                                       Gambar 1. Pionnering Jemuran

                                                            Gambar 2. Pionnering Jemuran 2

                                                         Gambar 3. Menara Pandang


Read more »

SEANDAINYA IBUKOTAKU, CYBER CITY

SEANDAINYA IBUKOTAKU, CYBER CITY
By Walan Yudiani


Enam bulan yang lalu tepatnya, Sabtu 16 april 2016 di gedung F, Kemendikbud semua mata tersentak kaget  betapa mirisnya, budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 menempati urutan ke 64 dari 65 negara. Sementara Vietnam menempati urutan ke-20 besar. Pada  penelitian yang sama posisi membaca siswa Indonesia di urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti (Programme for International Student Assessment ),  tambah lagi berdasarkan statistik UNESCO  pada tahun  2012  indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001%. Artinya dalam setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Terus bagaimana dengan Tahun 2016 ini.
 
Literasi menurut UNESCO (2012) adalah kemampuan mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, menciptakan, mengkomunikasikan dan kemampuan  berhitung melalui materi tertulis dan variannya sementara Harmanto (2016 ) literasi lebih pada keberaksaraan, kemampuan untuk membaca dan menulis, membudayakan diri sebagai sebagai insan professional, menumbuhkan kemampuan siswa menjadi insan pembelajar dan memfasilitasi terwujudnya budaya literasi di sekolah.

Bercermin dari teori diatas maka benar-benar kita bermimpi buruk  apabila betul memang terjadi pada Indonesia-ku. Seperti ada ungkapan, “Dengan membaca kita menguasai jendela dunia”. Bagaimana mungkin  anak didik kita nantinya di pentas dunia jika membaca saja tidak mau, alhasil mungkin saja menjadi penonton yang tak berarti dan  sangat disayangkan jika pembiaran ini terus dilakukan.

IGI Provinsi DKI bekerja sama Dinas Pendidikan Provinsi dan dibantu oleh beberapa sponsor melalui “Program  Gerakan 1000 Guru Menulis” menyadarkan kita sebagai pelaku pendidikan harus dengan segera  sisingkan lengan perjuangan untuk menyelamatkan generasi bangsa kita dari zero literer dan bangkit  untuk  menumbuhkankan kemampuan siswa menjadi insan pembelajar, membudayakan diri sebagai insan professional serta kemampuan untuk membaca dan menulis. Memang tidak mudah  melakukan semua itu, tapi jika kesadaran itu mulai dari guru apalagi literasi sebagai kebutuhan guru profesional dan pada akhirnya hanya untuk menjadikan atau bertujuan agar peserta didik mampu menghadapi masa depan yang penuh persaingan.

Kesiapan untuk menyukseskan program literasi harus digotong secara bersama-sama tidak hanya melulu diteladani oleh gurunya, orangtuapun ikut andil membentuk sehingga tanggung jawab itu menjadi bersama dan akan terasa mudah serta ringan jika bersinergis. Sarana literasi diawali di dalam keluarga dahulu  dan dibarengi kesiapan sekolah menyukseskan program literasi jika memungkinkan kita memangil orangtua/wali untuk sosialisasi program tersebut. Syukur saja, jika gayung bersambut.

Ketersediaan perpustakaan dunia maya dan nyata sangat perlu didukung, free wifi dengan selancar yang cepat juga membantu, kemudian program membaca 15 menit  sebelum pelajaran, mewajibkan membeli buku bacaan yang positif lalu juga ada kontrol yang intensif di rumah untuk budaya membaca  tiap 15 menit sebelum melakukan kegiatan rumahnya dan bila perlu dibuatkan portifolionya, bisa juga di desain RPP-nya  dimunculkan program budaya literasinya maka minimalisir gambaran prosedurnya sudah terbaca dan mempunyai pengaruh yang tidak sedikit pada budaya literasi siswa.

Provinsi DKI Jakarta yang baru didaulat sebagai kota literasi jangan hanya stempel yang tak bermakna tapi juga dibarengi dengan menyiapkan program pendukung. Berita yang baru ini yang cukup membanggakan kurun 2 hari yang lalu semua kepala sekolah terutama di Jakarta Pusat mendapat workshop pencairan Kartu Jakarta Pintar, salah satu yang menarik adalah adanya  dibolehkan membelanjakan seperangkat komputer untuk menunjang pembelajaran di rumah, suatu dukungan dan program yang bijak tepat sasaran dan   sangat berarti  penyediaan sarana bagi keluarga yang tidak mampu dan ini tidak lagi menjadi alasan semuanya mendapat kesempatan untuk maju dan sekolah yang setinggi-tingginya. Kebijakan Provinsi DKI ini perlu diacungkan jempol dari sisi yang satu ini.

Namun lebih lengkap lagi seandainya ini benar-benar terjadi Provinsi DKI Jakarta sebagai Cyber City  dengan akses gratis. Di Taman-taman kita mengakses internet dengan gratis, membaca e-book dengan mudahnya tanpa memperhitungkan kuota kita masih tersedia apa tidak, Di Pusat-pusat perbelanjaan tanpa kita harus membeli produk bisa berselancar dengan sebebas-bebasnya sehingga setiap waktupun bisa membuat jurnal, menulis puisi dan diari pada blog atau web yang tersedia baik yang berbayar maupun tidak. Dan karena diakses siapapun maka tentunya konten yang bersifat sara dan berbau pornografi diblok dahulu sehingga muatan internet hanya diperuntukan untuk  kebutuhan siswa dan guru.


Dan pada akhirnya budaya literasi yang menghinggap di provinsi DKI Jakarta akan jadi  habit karena ada sinergi secara sistematis baik horizontal maupun vertikal. Buahnya para siswa akan akan menjadi manis masa depannya dan dan di pentas dunia akan diperhitungkan. Mari, mulailah dengan diri kita, Bacalah!. (responden Bang Walan)

Read more »